Minggu, 16 Agustus 2020

Yang Mengetuk Malam

 Demi langit, demi yang mengetuk

Gemintang melancar keras dan cepat

Menembus kekelaman malam gulita

Memancar cahaya orion benderang

Seakan jibril menuju buana ini

Melayang denyaran menembus kegelapan

 

Makhluk Sang Khalik yang bernyawa

Ikan dalm samudera seranga menjalar

Cacing dibalik tanah sampai binatang buas

Jaminan Sang Kuasa akan penjagaannya

Tiap-tiap dari hak-hak mereka

Pemeliharaan perlindungan Sang Kuasa

 

Tidaklah sang mata hati berfikir

Mencetuskan sajak perenungan diri

Dari apakah mereka diciptakan?

Setetes air mani, shulbi dan taraib

Agar kalian tak congkak di bumi ini

Tiada kuasa mengingkari kuasa-Nya

 

Terungkaplah rahasia suatu masa

Ditelanjangi dari bungkusan munafiknya

Kerdillah merekat tlah membesarkan diri

Mustahil kuasa melawan kekuatan-Nya

Sia hancur lesap dihadapan-Nya

Takkan guna tak satupun membela

 

Demi langit akan guyuran hujannya

Hingga suburlah tumbuh tanamannya

Sungguh jelaslah tabir hak dan batil

Kalamullah bukanlah senda gurauan

Kafir laknatullah menyemai tipu jahat

Lemah lunglai tak berdaya di hadapan-Nya

#ath-thariq

Wanita yang kurindukan

 Dibalik dinding suci terdiam

Terbayang aura wajah

Mengiring rindu kian menggelora

Meruah rasa hati dalam duka

 

Teringat untaian petuah indah

Takkan lelah terucap

Dari bibir manis

Kala suka maupun duka

 

Kini

Jarak memisahkan raga

Hanya doa satukan hati

Kian merindu tak sanggup

 

Berharap usaha diri

Iringan doa

Tawakkal pada Sang Kuasa

Menjadi wanita shalihah

Berpendidikan mulia

 

Maafkan diri

Perkataan tlah lukai hati

Perlakuan tlah melinang airmata

Keinginan kian seperti beban

Dan belum bisa menjadi yang terbaik

 

Harapan kelak

Sang Kuasa berikan

Umur panang barokah

Senyum bahagia kesuksesan

Merawat penuh cinta dan kasih sayang

Wanita Shalehah

 Pandangan tunduk

Menengadahkan tangan tak hentinya bermunajat

Mohon ampun atas segala dosa

 

Senyum manis

Ramah kepada siapapun

Orang kan tersenyum senang melihatnya

 

Muka menawan nan berseri

Percikan wudhu membasuhnya

Di setiap wudhu

 

Bibir yang kering

Tak hentinya berdzikir akan asma-Nya

 

Tangan lembut

Menolong sesama dalam hal kebaikan

Tanpa kenal pamrih

 

Hati bersih nan suci

Mudah memaafkan

Tanpa dendam

Wanita Mulia

 Untaian kata yang tak bermakna

Selintas terucap tak terbayang

Sepintas kata yang begitu menyakitkan

Mengiris hati lembutnya

Mengalirkan tetesan airmata

 

Apakah kau tak ingat?

Nasihat sederhana

Nasihat Al-Qur’an yang diajarkan penuh kesabaran

Lantunan selembut kain sutra

Diucapkan dengan tenang di telinga kita

Menjadi ombak seperti barisan-barisan kalimat hidup

Berjalan tegak bagai memiliki kaki

Menjadi teman disetiap langkah

Mengubah yang dulunya buta apa apa

Ladang gersang pengetahuan

Menjadi ladang subur pengetahuan

 

Dalam kesunyian malam

Ditemani kedinginan yang menusuk tulang

Terbangun dari bunga mimpi yang panjang

Tetesan percikan air wudhu membasuhnya

Niat ikhlas, semangat ibadah malam menjulang

Bersimpuh bersujud

Untaian kata berbulir bulir agar terwujud

Harapan besarnya, pudar...

Seketika tombak lurus secepat kilat kau tancapkan

Wajahnya tertegun, menitikkan airmata

Merenjak ke hati

Tertusuk tombak katamu

 

Melayang jauh kata kasihmu

Menjadi luka dalam hati, semakin larut disela teriakan jam

Derai-derai akhir tangis penyesalan

Maaf yang tertunduk dengan tetesan tangisan

Tiada arti bagai kata tanpa makna

Sia-sia

 

Sadarlah wahai saudaraku...

Telah banyak yang dikorbankan

Demi masa depanmu

Demi kebahagiaanmu

Dari seorang wanita mulia

Yang kau panggil ibu

Wanita dalam Cahaya-Nya

 Ditengah hancurnya zaman

Rusaknya moral

Ia hadir...

Bagaikan bunga yang indah

Semerbak kasturi menghiasi

 

Kain menutupi

Anggun terpandang

Tutur kata indah

Lemah lembut terdengar

Sungguh indah

Dalam hati dan luar

Perilaku tertampakkan

 

Bibir tak lelah mengucap

Akan kebesaran asma-Nya

Wajahnya terpancar

Dari tetesan wudhu

Yang tak terlupakan

 

Ibadah kian laksanakan

Wajib sunah tak tertinggal

Menghiasi seluruh dirinya

Ialah wanita...

Dalam cahaya-Nya

Untaian Makna Indah

 Telah kudengar…

Untaian kata makna

Mengalir deras tak berujung

Menyelimuti perasaan

Menggelora dalam hati

Memengaruhi tindakan

 

Tiap kata yang terucap

Tiada lain tersirat nasehat

Terngiang dalam setiap fikiran

Merasuk kalbu meruah

Menggertak pemikiran jiwa

 

Telah kudengar

Rentetan nasihat mulia

Tak lelah…

Telinga ini mendengar

Tak bosan…

Wajah ini memandang

 

Alangkah indah nian

Untaian kata makna

Yang telah kudengar

Tiada Mudah

 Biru memutih, semburat merah merona

Pancarkan...

Ku tertegun memandangnya

Terpana dan terkesima

Akan kuasa-Nya

 

Inikah kala pagi?

Dingin menyelimuti buana

Bersama serpihan lembut

Daun yang berguguran

Hening dan lengang

Suasananya...

 

Manfaat memang, namun

Tak mudah

Segelintir hamba saja

Yang merasakannya

The Whisper

 The whisper is flowing soft

Into person mind

Slow but definite

Pierced soft back to beating artery

Full whispers is enjoyment

Inversely proportional from teaching god

 

Strong faith

Don’t shakable

Stability heart

With beliefe of pure

And you strong

Compass Al-Qur’an and hadits

And bright lentern of faith

 

Weak faith

And rubble you

Many thousand investigation deceited

Make you fall asleep

Fall into a hole sorrow

 

Aware souls weak

Be strong with yourself

Brighting with lantern of faith

Don’t ignored you

The soft whispers is losing full

Takdir illahi

 Bimbang...

Gundah...

Resah...

Sluruh rasa menghantui

Dalam perjalanan hidupku

Perasaan yang menggelora

Dalam lara hati

 

Ku tak tahu...

Ku tak tahu...

Inikah takdir illahi?

Ya, memang

Sgala takdir

Tlah ditetapkan dalam lembaran lauhul mahfudz

Hanya Allah yang tahu

 

Dan kita, manusia

Hanya berdoa dan menerima

Dengan iringan usaha

Sekuat baja...

Apa yang datang...

Terima saja...

Lakukan saja...

Ini memang takdir illahi

 

Kuatkan hati

Wahai manusia...

Jangan kau rapuh

Karna amarah meluap

Jangan kau terjatuh

Karna tiupan hawa nafsu

Jangan kau bantah

Karna ini, takdir illahi

#heart

Surga Dunia

 Hidup kian bergelimang harta

Membumbui syahwat dengan petaka

Waktu tlah terbakar lesap

Menyulut asa tiada erti

Hanya tersisa serpihan semu

Bayang sunyi kerontang

 

Pangkat jabatan diprioritaskan

Terlenakan kemuliaan sesaat

Tertanam akar kesewenangan

Autokrasi hasrat ditinggikan

Pijakan langkah congkak

Mengalun indah

Memenuhi ruang dan waktu

Menyalakan kobaran asa

 

Tawa canda ria menggelora

Pakaian mewah kian tampakkan

Mengiring gemerincing pernik

Hidangan-hidangan meruah

Menemani tubir surga dunia

Menyelimuti hati

 

Tak sadarkah kau?

Terlena dan berkubang

Hingga renjana kemewahan

Torehkan retakan jiwa

Melipatkan ingatan pada-Nya

 

Janganlah raga berbuat

Janganlah syahwat merona

Akhirat kelak, stiap mata

Kan melihatnya

Akan kobaran api siksa

Kirananya menyulut nyulut

Kuat panas menyengat

Menyantap habis raga ini

 

Sungguh Sang Kuasa

Tlah tetapkan

Dan dari masing-masing

Kan ditanya nikmat dunia

Yang kau agung-agungkan

#at-takatsur

Sudut Kosmopolitan

 Derit suara bergema,

Ditengah kota kosmopolitan

Sunyi lengang, bersama rintik hujan

Membasahi kekelaman kehidupan

Ruang lingkup terdiam, seolah

Katakan jiwa meruah

Menyayat hati kegigilan

Gadis compang-camping

Dibawah langit telanjang

Mengulur tangan mungilnya yang bergetaran

Hanya satu pandangan

Akan sekeping harapan...

Setitik Rasa

 Dalam detak waktu

Terhampar jumantara biru

Nan mega mengayun

Menghadirkan mentari

Kirana nya tak dapat tergantikan

 

Kumelihat lembayung asa

Telah memintal relung hati

Menghempaskan keraguan

Menghadirkan renjis ketenangan

 

Tentang kalbu…

Tersirat bianglala dalam tubir nan dangkal

Gejolak hati apa yang dikatakan

Terdiam membisu

Inikah setitik rasa?

Sepertiga Malam

 Di sepertiga malam Ia memanggilku

Bisikan halus, menembus

Lembut ditelingaku

Hawa dingin menusuk tulang

Enggan penuhi panggilan-Nya

 

Astaghfirullah

Seketika

Kuterbangun dari bunga mimpi ku

Yang telah dibelai hasutan setan

 

Kurasakan nikmat renjis wudhu

Membulirkan semangat

Tuk bertemu sang illahi

Ditengah heningnya malam

 

Kubentangkan sajadah cinta

Kutumpahkan seluruh rasa, dalam sujud malamku

Dalam hina ku berdoa

Atas masa lalu kelam nan kelabu

Dalam taubat ku berdoa

Akan dosa semena kulakukan

Dalam tetes airmata

Ampuni aku ya Rabb...

Jadikanlah hidup ini

Penuh dengan lentera keimanan

Dan cahaya keislaman

Senyum Mulia

 Ku mengenalnya...

Seorang sosok sederhana

Wajahnya cantik jelita

Dengan senyum manis menyerta

 

Tutur kata lembut

Nan akhlak mulia

Menghiasi...

Keanggunan pribadinya

 

Terimakasih kawan

Mengenalmu...

Adalah hal terindah

Ajarkan arti hidup

Kesederhanaan

Dan shadaqah mulia

 

Semoga persaudaraan ini

Allah meridhainya

Hingga menjadikan kita

Saudara dunia akhirat

Semangat Pagi Sang Ayah

 Pagi itu

Sahut menyahut kokok ayam

Ramai terdengar…

Mengusik orang yang mendengar

Semangat bangun pagi membara

Shalat fajar dilakukan

Bacaan Al-Qur’an merdu terdengar

Sembari menunggu lantunan adzan terdengar

 

Kala adzan subuh bergema

Di jagat raya kelam nan suci

Ketukkan pintu nyaring bangunkan ananda tercinta

Menjadi imam shaleh

Pemimpin keluarga

 

Kala mentari malu menampakkan cahya-Nya

Secangkir teh dari ananda

Sekedar mengisi perut kosong

Bekal mengais rezeki

Kayuhkan sepeda ontel

Lambaian senyum manis dari ananda

Menambah semangat paginya

 

Sedih Rasa Hati

 Lingkup ini terasa sangat sepi

Sunyi, lengang tanpa suara

Kenapa kau tinggalkan diri?

Dimana canda tawa yang beriring?

Dimana semua kebahagiaan?

 

Dalam diam ku masih berfikir

Timbul pula kedewasaan

Mungkin...

Wahai kakak dan adik

Yang ku sayang

Aku sadar...

Kalian yang merantau jauh disana

Menimba ilmu, jauh dariku...

Jauh dari keluarga...

 

Itu semua...sangat berarti

Membawa diri, menuju perubahan diri

Kini kusadar mengintropeksi diri

Lebih dalam lagi

 

Sebuah Pernikahan

 Pandangannya menunduk

Memandang jauh harapan masa depan

Langkahnya masih sendiri

Habiskan masanya...

Tuk menimba ilmu dan berusaha

Mengamalkan dan mengajarkan

Agar tak sia yang ia miliki

Hingga akhir masa berlalu

Hingga takdir Sang Kuasa tetapkan

 

Detik...Menit...

Waktu kian bergulir

Senandung Kalamullah terjaga

Mengiring aura kehormatan

Dunia dan akhirat kelak

 

Kini sebuah tangan

Memegang erat...

Tubuh kekar telah menguatkan

Langkahnya...

Ia tak sendiri kini

Ikatan suci itu menyatukan hatinya

Ijab qabul itu mengikat batin, jiwa

Dan raganya...

Atas segala kehidupan dan cinta

Penuh ketulusan...

Ya, sebuah pernikahan

Sebuah Peringatan

 Masa kian bergulir cepat

Teratur mengalir dalam lika-liku kehidupan

Mewarnai citra buana dalam suka duka

Kala datang...

Mencekam, mengerikan

Membolak-balikkan

Bumantara memuntahkan beban beratnya

Bintang-bintang indah, planet dan bulan

Berjatuhan berserakan berbenturan

Tak beraturan...

Dan samudra meluluhkan seisinya

Menyantap habis bangunan kokoh

 

Kala itu...

Jiwa-jiwa tersadar, apa-apa yang dilakukan

Terlambat...

Wahai manusia,

Apa yang memperdayakanmu?

Durhaka pada-Nya

Pada pemilik jiwa

Yang menciptakanmu

Dalam kesempurnaan yang sangat

 

Sekali kali!

Jangan begitu!

Stiap jiwa, kanan dan kiri

Sisinya, pengawasan jeli

Yang tak terlewatkan

 

Dan ketika kau tahu...

Surga nan nikmat

Bagi pemilik kebenaran

Neraka nan seram

Bagi pemilik kejahatan

Pasti dijanjikan

#AL-Infithar

Sang Rembulan

 Lembayung rembulan menikam

Wajah sunyi gemintang

Lapang luas bergeriak

Canda ria menggulung

 

Diharibaan bumantara bumi

Menenun senyuman

Dibalik tubir hitam

Memandang hilir keceriaan

 

Raut sunyi mengiramakan

Jagat temaram nan kelam

Mengalun melodi sang kirana

Menderai kidung malam

Menemani kesenduan

Bahtera sanubariku

Yang Mengetuk Malam

  Demi langit, demi yang mengetuk Gemintang melancar keras dan cepat Menembus kekelaman malam gulita Memancar cahaya orion benderang ...